“Di gunung hanya ada dua jenis makanan; Enak dan Ueeenak sekali,” (seorang teman di pendakian, 2012).
“Kalau di gunung semua orang itu teman, mbak.. beda sama di Kota,” (bapak-bapak yang menawarkan jatah air minumnya di lembah kijang, setelah melihat kami kehausan dengan menenteng jerigen kosong)
“Kalau dulu saya naik gunung dan menghabiskan uang, sekarang saya naik gunung tapi di bayar, hehe,” (pendaki dari Lampung yang sedang mengadakan survey sumber mata air di Arjuna-Welirang)
-ANL-
ketika jauh dari rumah, berteman sama siapa saja dan menyingkirkan rasa sombong dan ego
adikku minggu depan juga mau ke mahameru, wilin
tapi yang di atas itu bukan semeru, pak 🙂
iyo Lin
Terima kasih atas konten dan info yg menarik dan menginspirasi….thk u
arjuno welirang? sy suka sekali dgn pemandangan sebuah padang sebelum puncak welirang dimana kita bisa melihat dgn jelas gunung2 lain di sekitarnya. vegetasinya juga aneh2, seperti diimpor dari planet lain.
Bener.. di sana bagus banget. tapi tanjakannya itu yang nggak nahan 😀 Tapi aneh gimana, zi? masa’ sampai kayak planet lain sih.
lembah yang di mana itu? lembah kijang ya, Zi?
bukan lembah kidang dan bukan di arjuno, tapi di welirangnya. kawasan setelah pondokan dan sedikit sebelum puncak.
wah, kalau arjuno memang tanjakannya gila-gilaan. kalo welirang memang nggak terlalu menanjak tapi jalanan makadam-nya bikin ampun-ampun di kaki. hehehe… habis ke sana dalam rangka apa rin?
dalam rangka jalan-jalan aja, zi. kabur bentar dari surabaya. hehe. lagian itu puncak pertama yang bisa saya daki.
numpang nge-like aja, mbak @tengahsawah 😛
berteman itu dimana aja dan sama siapa aja asalkan kita bisa bersosialisasi 😀
dan disana kita bisa melihat pemandangan yang begitu indah heheh 😀
Salam Ragom gawi.. 😀